Penyandang gelar SSn dari Universitas Trisakti ini mengawali kariernya di bidang marketing sebagai desainer grafis di industri retail fashion & event organizer. Doddy Kristiawan juga sempat merasakan kejayaan industri media cetak sebelum akhirnya punya nyali untuk mendirikan usaha sendiri demi mewujudkan mimpinya, yaitu untuk mancing di weekdays.

Saksi hidup tragedi Trisakti 12 Mei 1998 ini mendalami dunia digital marketing secara otodidak sejak dirinya tergabung dalam divisi digital development sebuah media cetak ternama. Dibantu oleh M. Hafizh untuk masalah teknis, Doddy berhasil meletakkan fondasi yang kuat, terutama di bidang penulisan dengan melakukan pelatihan penulisan kepada tim redaksi.

Pencinta musik rock bersuara sumbang ini sangat suka mengolah data sehingga sering membuat rekan-rekannya senewen. Apalagi kalau bukan karena membuat proses pembuatan proposal untuk klien menjadi lama. Tapi, Doddy selalu bilang: “Mengolah insights dari data mentah itu susah. Biarkan klien marah karena kita terlambat submit proposal daripada kita memberikan insights yang salah lalu bikin mereka rugi.”

Bagi seorang Doddy Kristiawan, digital marketing memberikan peluang yang sama bagi semua brand baik besar ataupun kecil. “Dengan peluang yang sama, tiap brand dituntut untuk kreatif dalam membuat konten, karena kreativitas itulah yang akan jadi penentu.”

Di waktu luangnya, Doddy sering berpetualang dalam kegiatan outdoor tentu saja sambil bernyanyi dengan suara sumbangnya. Kenyataan ini kembali menyebabkan banyak pandangan sinis dari rekan-rekannya, bahkan lemparan sendal jepit dalam kasus khusus.

Anda bisa mendapatkan insights tentang digital marketing dengan mengikuti akun twitter doddy di @doddykap. Ditambah jokes recehan yang akan membuat Anda tetap tersenyum menghadapi kejamnya kehidupan.