Stella Mailoa tidak sengaja tercemplung ke dalam dunia majalah gaya hidup dan memulai perjalanannya sebagai anak magang. Ibarat sambil menyelam minum air sampai kembung, Stella belajar banyak hal selama 9 tahun menetap di majalah gaya hidup terkemuka di Indonesia. Mulai dari cara menulis yang baik sampai pengalaman akan pentingnya peran orang di sekeliling kamu saat bekerja.
Seni rupa, profil, traveling, kuliner, dan desain adalah sejumlah jenis artikel yang menjadi tanggung jawab lulusan jurusan Desain Interior Universitas Pelita Harapan ini. Berawal dari hari-harinya di majalah Bravacasa Indonesia, yang kini dikenal sebagai Casa Indonesia, ia mulai belajar tentang sisi lain dari bidang desain interior. Pengalaman Stella pun semakin kaya saat didaulat untuk membantu tim editorial majalah Harper’s Bazaar Indonesia. Mulai dari mengatur pemotretan, mengembangkan artikel, mengelola sejumlah proyek penting, sampai akhirnya mengelola tim yang jauh lebih penting dan rumit dari pemotretan sampul majalah. Stella pun mengikuti keriuhan arus digital yang melanda media cetak. Ia ditunjuk untuk ikut serta dalam proses pengembangan potensi digital majalah.
Bergaul dengan Doddy Kristiawan membuat seorang Stella Mailoa selalu berada dalam mode pelajar, khususnya dalam bidang digital marketing. Setelah menyadari potensi besar dunia digital marketing, ia akhirnya memilih untuk meninggalkan zona (sangat) nyaman itu. Ia berharap dapat menghasilkan karya yang dapat menguntungkan dan berguna bagi lebih banyak orang. Di samping cita-citanya menjadi tuan, eh nyonya atas waktunya sendiri.
Waktu luangnya ia gunakan untuk menonton film, mengkhayal, berenang, dan membaca apa saja yang bisa dibaca, termasuk tulisan-tulisan di kemasan sampo.
Pekerjaannya menuntut si introvert ini untuk bersosialisasi, termasuk di dunia maya yang terus bergerak cepat. Hal ini membuat Stella lebih menghargai slow pace dalam kehidupan. Tidak seperti akun klien, akun media sosialnya jarang di-update. Namun, tidak ada ruginya jika ingin follow @stellamailoa kecuali kalau kamu ingin menjaga batas jumlah orang yang di-follow (yes, I’m with you).
Ia tidak setuju dengan ungkapan konten adalah raja. “Karena sama seperti manusia, konten tidak bernilai apa-apa jika jalan sendiri.”